Repatriasi Nelayan Aceh setelah Terlibat Kasus Sarang Walet di Thailand: Kembali ke Pangkuan Tanah Air

Setelah melalui proses hukum dan administrasi yang diperlukan, kelima orang nelayan asal Aceh Timur akhirnya dipulangkan ke Indonesia setelah sebelumnya ditahan oleh otoritas Thailand pada 25 Mei 2021 karena membawa sarang burung walet tanpa dokumen impor. Meskipun masih ada dua orang nelayan yang masih berada di Thailand, pulangnya kelima nelayan ini diharapkan dapat menjadi sebuah sinyal positif dalam menangani masalah serupa di masa depan dan memperkuat kerjasama yang baik antara kedua negara. Sebuah tindakan yang diapresiasi oleh banyak pihak.

Kabar gembira datang dari lima nelayan Aceh yang akhirnya tiba di Jakarta setelah mereka berhasil memperoleh pengampunan dari Raja Thailand IX yang sedang merayakan ulang tahun. Sebuah pengumuman dilakukan oleh Almuniza Kamal, seorang perwakilan resmi dari Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) di Banda Aceh, pada hari Jumat yang lalu. Kebebasan yang diperoleh oleh kelima nelayan Aceh ini membawa angin segar bagi keluarga serta masyarakat di kampung halaman mereka. Dengan adanya kabar ini, diharapkan dapat membangkitkan semangat serta harapan bagi para nelayan Aceh yang sedang merantau untuk bisa kembali ke kampung halaman mereka dengan selamat.

Sebelum memulai perjalanan kembali ke Aceh, kelima nelayan tersebut telah mengikuti karantina selama kurang lebih lima hari di Rumah Susun Nagrak, yang berada di Cilincing, Jakarta Utara atas instruksi dari Almuniza. Selama masa karantina, mereka telah melewati berbagai tindakan pengujian kesehatan seperti tes PCR guna memastikan bahwa kondisi kesehatan mereka optimal sebelum melanjutkan perjalanan ke Aceh. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari langkah pencegahan dan untuk memastikan tidak terjadi penyebaran virus dan menjaga keamanan serta kesehatan mereka sendiri dan juga orang lain yang berada disekitar mereka.

Pada masa yang akan datang, apabila hasil tes yang dijalani oleh mereka menunjukkan hasil negatif, maka akan diberikan izin untuk kembali pulang ke Aceh. Namun, jika ada di antara mereka yang hasil tesnya positif, maka individu tersebut harus menjalani isolasi terlebih dahulu sebelum diperbolehkan pulang. Meski begitu, kita semua berharap dan berdoa agar semua orang tetap sehat dan cepat sembuh dari kondisi yang sedang dihadapi. Seorang individu menyampaikan hal tersebut pada suatu kesempatan dengan harapan kesehatan dan kesembuhan bagi seluruh orang yang terlibat dalam situasi ini.

Selama berada di wilayah Jakarta, tim BPPA akan melakukan pemantauan secara rutin dan intensif terhadap keberadaan para pihak. Hal ini bertujuan untuk memberikan bantuan secepat mungkin saat ada kebutuhan mendesak. Oleh karena itu, para pihak diharapkan tetap terhubung selama berada di Jakarta agar pengawasan dan kesiapan dalam memenuhi kebutuhan dapat dioptimalkan. Dengan begitu, segala masalah dapat diatasi dengan lebih mudah dan cepat.

Sekarang, terdapat dua orang nelayan yang saat ini sedang menjalani karantina karena mereka terkonfirmasi positif COVID-19 setelah menjalani tes. Kondisi ini membuat mereka belum bisa dipulangkan sampai dinyatakan negatif. Hal ini dilakukan demi mencegah penyebaran virus yang lebih luas di masyarakat. Para nelayan yang positif akan diberikan perawatan medis dan pemantauan ketat untuk memastikan bahwa kesehatan mereka pulih dengan cepat. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan tetap mematuhi protokol kesehatan untuk membantu mencegah penyebaran COVID-19.

Pada tanggal 22 Mei 2021, terdapat tujuh nelayan asal Aceh Timur yang memulai petualangan dengan menggunakan kapal KM Antamela dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara. Mereka berlayar dengan tekad yang teguh untuk menuju Pelabuhan Satun di Thailand, dalam upaya menghidupi keluarga mereka. Meski menempuh perjalanan yang jauh dan penuh tantangan, semoga mereka dapat tiba di destinasi yang diidamkan dengan selamat dan tanpa halangan apapun. Kita bersama-sama mendoakan agar perjalanan mereka berjalan lancar dan memberikan hasil yang maksimal untuk kehidupan mereka dan keluarga.

Kelompok tersebut mengalami nasib yang tragis pada tanggal 25 Mei 2021 saat mereka diamankan oleh aparat keamanan Thailand di kawasan perairan Pulau Lippeh, Provinsi Satun. Mereka tertangkap melakukan pencurian burung walet yang sangat merugikan alam dan melanggar hukum. Pada saat pemeriksaan kapal mereka, ditemukan sebanyak 300 kilogram sarang burung walet tanpa dokumen impor yang sah. Tindakan mereka yang merugikan harus dihentikan dengan tegas oleh pihak berwenang agar tidak merusak lingkungan hidup dan kelestarian spesies satwa.

Para nelayan juga terlihat melakukan pelanggaran terhadap peraturan imigrasi dan dokumen pelayaran. Hal ini terlihat dari jumlah awak kapal yang tertera dalam dokumen yang diterbitkan oleh Syahbandar Tanjung Balai Asahan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Masalah ini menunjukkan adanya kekurangan dalam kepatuhan terhadap aturan serta keterbatasan dalam pengawasan dokumentasi sektor perikanan. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh para nelayan.

Saat masih berada dalam tahanan, KJRI Songkhla telah memberikan pendampingan yang sangat intensif kepada para ABK, terutama terkait dengan kondisi kesehatan mereka. Selain itu, bantuan kekonsuleran seperti penerjemahan yang dibutuhkan juga telah disediakan. Ini menunjukkan komitmen penuh dari KJRI Songkhla untuk memberikan perlindungan dan bantuan maksimal kepada WNI yang mengalami kesulitan di luar negeri. Dalam situasi sulit, KJRI Songkhla siap memberikan segala bentuk dukungan dan melindungi hak-hak para WNI.

Pemerintah Aceh dan warganya merasa teramat terima kasih atas banyaknya dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19 yang sulit. Almuniza, dengan bangga mewakili Aceh, mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada pihak-pihak seperti Konsulat RI di Songkhla, KBRI Thailand, Kementerian Luar Negeri RI, PWNI, KKP RI, Satgas COVID-19, dan unsur lainnya yang telah bergabung dalam mengatasi krisis kesehatan ini. Kebersamaan dan solidaritas yang terlihat sepenuhnya bermakna bagi Aceh, dan diharapkan bahwa kolaborasi ini dapat terus dipertahankan guna saling mendukung satu sama lain di masa depan yang akan datang. Dalam kesulitan, bersatu kita kuat!.

Dengan rasa syukur yang mendalam, saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga karena bantuan yang luar biasa dalam mengurus pemulangan para nelayan yang berasal dari Aceh yang telah kami terima. Proses ini bukanlah hal yang mudah, namun dengan kerjasama dan dukungan dari seluruh pihak yang terlibat, kami berhasil memulangkan para nelayan dengan aman. Saya bangga dan merasa terhormat menjadi bagian dari tim yang menjalankan tugas ini.

Kelima orang nelayan yang sebelumnya terjebak di Thailand akhirnya berhasil dipulangkan ke Indonesia dengan selamat setelah mengalami perjuangan dan kesulitan yang cukup berat. Zainal Arifin (45), Riki Ardian (30), Junaidi (34), Alaudin (48), dan Muchsin (31) merupakan para nelayan yang kini telah berada di tanah air. Sayangnya, dua nelayan lainnya, Muhammad Azmi (24) dan M. Yusuf (50), masih tertahan di Thailand dan perlu upaya penyelamatan. Meski begitu, keberhasilan pulangnya kelima nelayan ini menjadi kabar positif dan menginspirasi bagi masyarakat Indonesia, terutama dalam menghadapi situasi sulit di luar negeri.

Refrensi:

https://pencuciansarangwalet.com/manfaat-sarang-burung-walet-untuk-kesehatan-tubuh/

https://pencuciansarangwalet.com/cara-mudah-membersihkan-sarang-burung-walet/

https://pencuciansarangwalet.com/manfaat-kotoran-burung-walet/